Selasa, 10 Mei 2022

Gagal Menjadi Pilot, Toni Muliadi Mendampingi UMKM Agar Cerdas Berutang

Beberapa tahun yang lalu, saya sempat terjebak dengan utang dengan salah satu bank penyedia kartu kredit. Awalnya utang saya hanya 4 juta saja. Akan tetapi, saya melakukan kesalahan fatal yang menyebabkan utang bertambah menjadi dua kali lipat. Yup, utangnya menjadi 8 juta.

Panik enggak, panik enggak… Ya, paniklah… hikss

Yang membuat panik berlipat-lipat adalah, karena saya dan suami memutuskan balik kampung ke Sekayu, yang artinya harus memulai dari awal lagi dalam mencari rezeki. Padahal, kami masih memiliki cicilan mobil dan kartu kredit. Tabungan yang dalam skenario awal dijadikan modal usaha, ternyata bablas, gaess… Kami benar-benar berada dalam titik nol atau bahkan minus saat itu. Harta yang tersisa hanya anak-anak, ilmu pengetahuan, dan satu buah mobil. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah SWT, kami berhasil melewati satu tahun tersulit dalam hidup kami tersebut.

Walaupun sudah lama berlalu, saya masih terus kepikiran. Di mana letak salahnya waktu itu, sehingga utang kartu kredit tersebut menjadi berlipat ganda. Padahal saya membayar cicilan tepat waktu setiap bulannya.

Nah, pucuk dicinta ulam pun tiba… Saya melihat ada undangan Zoom Meeting dari Teh Indari Mastuti di grup Telegram IIDB (Ibu-ibu Doyan Bisnis), Indscript, dan BUKUIN Aja. Sebagai salah satu Korwil IIDB, saya harus hadir dunk, ya. Webinar yang berlangsung via Zoom ini berlangsung pada Senin, 9 Mei 2020 jam 06.30 sampai selesai. Tema-nya sangat menarik, nih. Ada Parade Pengusaha Bandung Berbagi Inspirasi, yang akan sharing pagi itu. Salah satunya adalah Toni Muliadi, Co-founder BPR Mitra Parahyangan yanag berdiri sejak 2012. 

BPR merupakan lembaga perbankan yang penyaluran kreditnya terbatas satu provinsi saja. Seperti BPR Mitra Parahyangang hanya melayani penyaluran kredit untuk wilayah Jawa Barat. Salah satu goalnya, adalah sebagai lembaga pembiayaan yang memberikan pendampingan UMKM. Beliau membawakan materi tentang Boleh Berutang Asalkan Produktif. Mm, jadi penasaran, kan?

 

Flyer Undangan Zoom Meeting IIDB
Credits: IIDB

Menurut Toni, UMKM memiliki potensi yang sangat besar untuk maju. Produk-produk mereka bisa bersaing di pasaran. Sayangnya, banyak UMKM yang terjebak dengan utang, khususnya saat pandemi melanda Indonesia beberapa waktu yang lalu. Hal ini terjadi karena para UMKM tersebut tidak mempunyai perencanaan yang jelas saat mengajukan pinjaman. Itulah sebabnya, BPR Mitra Parahyangan tidak buru-buru mengabulkan semua pengajuan pinjaman yang masuk. Mereka akan melakukan survei berulang kali, memberikan edukasi, bahkan  mendampingi agar UMKM tersebut tidak terjebak dengan utang, untuk membayar utangnya. Istilahnya, gali lobang tutup lobang. Pria yang terpaksa meninggalkan impiannya menjadi pilot ini, menjelaskan beberapa kesalahan yang sering dilakukan UMKM saat berutang, di antaranya adalah:

1. Tidak memiliki perencanaan yang jelas tentang utang yang diajukan.

2. Menganggap utang sebagai “uang ekstra” yang jatuh dari langit, sehingga bebas menggunakannya.

3. Tidak menyiapkan alokasi sumber dana untuk membayarnya.

4. Hanya membayar cicilan secara minimalis (khusus untuk utang kartu kredit). Ini yang terjadi pada kasus saya di atas. Hanya membayar cicilan minimal, sehingga tagihannya menjadi berbunga-bunga hingga membengkak.

      Toni menjelaskan, berdasarkan penggunaannya, kredit terbagi dua, yaitu:

      Kredit Komersil (Kredit Produktif)

      Kredit Konsumtif 

Kredit Produktif
Credits: Webinar Parade Pengusaha Bandung

Menurut Toni, tidak apa-apa jika UMKM ingin mengajukan pinjaman berutang. Akan tetapi, manfaatkan untuk keperluan usaha. Misalnya, membeli mesin agar produksi bertambah. Diharapkan dengan bertambahnya produksi, omzet pun akan meningkat. Sehingga UMKM tidak kesulitan melunasi cicilan utangnya. Ini yang disebut sebagai utang produktif.


Kredit Konsumtif
Credits: Webinar Parade Pengusaha Bandung


Yang tidak disarankan itu adalah jika berutang hanya untuk keperluan yang konsumtif. Keperluan yang sebenarnya tidak mendesak, tidak memengaruhi hidup dan matinya usaha. Sebaiknya hindari mengajukan pinjam utang hanya untuk keperluan konsumtif. Misalnya, untuk ganti ponsel terbaru, atau beli tas branded (pengusaha gitu, masa pake tas biasa aja..)

Nah, hal-hal begini, sebaiknya ditinggalkan, jika ingin usahanya tetap eksis. Nggak mau kan, uang hasil usaha malah habis buat bayar utang. Bukannya usahanya makin besar, yang ada malahan usahanya berpotensi gulung tikar. Nauzubillah..

Kesimpulan dari pemaparan Toni Muliadi ini adalah, boleh-boleh saja berutang, asalkan utang yang produktif. So, bagaimana dengan utangmu? Apakah sudah tergolong utang produktif atau belum?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menikmati Serunya #SuamiIstriMasak Bersama Kecap ABC

Menikmatinya Serunya #SuamiIstriMasak Bersama Kecap ABC   Saya dan suami merupakan generasi perantau. Suami bahkan lebih dulu merantau ke ib...