Jika saya menjadi pemimpin, apa yang akan saya lakukan untuk Indonesia? Pertanyaan ini terngiang-ngiang di telinga, saat melihat kondisi Indonesia akibat demo beberapa waktu yang lalu.
![]() |
Padi pexels.com |
Indonesiaku yang indah
dengan segala keanekaragamannya, saya beruntung bisa mengunjungi berbagai
wilayah di Indonesia tercinta. Ini karena profesi suami sebagai konsultan
tenaga ahli yang sering mendamping para kepala daerah di berbagai wilayah
Indonesia.
Suami tidak hanya
mengajak melihat tempat-tempat wisata dengan pemandangan yang indah. Beliau
juga mengajak saya dan anak-anak melihat daerah pesisir Maluku yang masih terbelakang, serta daerah-daerah terpencil lainnya. Melihat dan menyaksikan bagaimana
kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan, kami selalu menyempatkan untuk live in minimal sehari semalam di desa tersebut.
Masyarakat yang tidak
terjangkau fasilitas air bersih dan listrik, serta masyarakat yang kehidupannya
masih jauh dari layak. Melihat dari dekat kehidupan masyarakat pesisir di Maluku,
dan di desa-desa terpencil lainnya. Kita pernah mengenal sebuah keluarga yang
hanya bisa memasak bubur untuk santapan sehari-hari. Bukan bubur ayam dengan
berbagai topping buat sarapan, bukan semewah itu. Ini hanya bubur nasi yang
ditabur sedikit garam buat menimbulkan rasanya, dan dimakan tanpa topping
apapun. Betul-betul hidangan yang sangat minimalis. Ironisnya ini bukan buat
sarapan, melainkan untuk hidangan utama yang hanya bisa mereka santap sekali
sepanjang hari.
Saya pun pernah mengenal
someone yang merebus air dengan potongan bawang merah sebagai lauk makan
anaknya. Yup, si anak hanya makan nasi dengan kuah bening tanpa sayur. Masih
beruntung mereka mempunyai nasi. Beruntung, saya melihat kejadian ini, sehingga
bisa berbagi sedikit rezeki yang kami punya. Akan tetapi, berapa banyak
masyarakat yang kehidupannya seperti, dan luput dari pantauan kita dan
pemerintah?
Pemerintah memang mencanangkan berbagai
program untuk membantu masyarakat yang kurang mampu. Akan tetapi, masih ada
saja masyarakat yang betul-betul membutuhkan bantuan, yang tidak terdata oleh
dinas terkait. Entah salahnya di mana?
Ketika bicara tentang kesejahteraan pangan, kita akan menuju ke sektor pertanian dan para petani sebagai penggeraknya. Dilansir dari msn.com (28/08/2020), Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa jumlah petani di Indonesia berkurang drastis. Sebelumnya jumlah petani mencapai 34, 58 juta dan sekarang jumlah petani mencapai 33, 4 juta petani. Padahal untuk mencapai ketahanan pangan, Indonesia harus mempunyai regenerasi petani. Anak-anak muda diharapkan memiliki keinginan untuk menjadi petani. Akan tetapi, kesan petani yang kotor dan berpenghasilan rendah tentu tidak menarik bagi anak-anak urban zaman sekarang.
Peran generasi muda saat ini sangat dibutuhkan. Indonesia mencanangkan tahun 2021 sebagai Tahun Ketahanan Pangan Indonesia. Jika ingin ini berhasil, pemerintah harus menggaet sebanyak mungkin masyarakat, khususnya anak muda untuk mau "bertani".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar