Judul : Totto Chan–Gadis Cilik di Jendela
Penulis : Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 272 Halaman
Saat ikut kompetisi Duta Parenting Center ynag diselenggarakan tahun 2014 silam, saya mendengar tentang buku Totto-chan. Teman-teman yang bergelut di bidang pendidikan dan parenting, berulang kali membahas isi buku ini.
Sejak saat itu, saya pun berburu buku Totto-chan. Baik secara online maupun offline dengan mendatangi toko buku setiap kali ada kesempatan nge-mall. Hingga suatu hari di 2018, saat menemani Dani (sulung kami) yang harus menjalani perawatan di RSCM, saya berkesempatan main ke Taman Ismail Marzuki. Ada pertunjukan teater waktu itu. Lumayan, menepi sejenak dari urusan obat dan pemeriksaan medis. Saya menemukan Totto-chan di salah satu rak toko buku di sana.
Asyikk, akhirnya dapat juga buku Totto-chan. Ternyata ada drama lagi sesudahnya, gaes. Besoknya kita check out dari hotel yang dekat RSCM, si Totto-chan ketinggalan di kamar hotel. Untung, petugas hotelnya baik. Bukunya disimpan dan saya ambil lagi dua hari kemudian. Yup, kita menginap lagi di sana karena Dani harus menjalani pemeriksaan medis lagi.
Mengapa sih, kok ngebet banget baca Totto-chan?
Saya penasaran, mengapa buku ini direkomendasikan oleh banyak teman? Menurut mereka, Totto-chan ini penuh inspirasi tentang dunia pendidikan. Bagaimana bapak kepala sekolah Sasuke Kobayashi menghadapi anak didiknya yang istimewa.
Totto-chan adalah nama kecil dari sang penulis yaitu Tetsuko Kuroyanagi, dan buku ini menceritakan pengalaman masa kecil Totto-chan bersekolah.
Kisah diawali dengan perjalanan Mama dan Totto-chan ke sekolah baru. Totto-chan tidak mengerti, mengapa ia harus pindah sekolah. Ia tidak tahu kalau pihak sekolah menghubungi Mama dan mengatakan bahwa mereka tidak sanggup lagi mengajar Totto-chan. Jadi, sebenarnya Totto-chan dikeluarkan dari sekolah saat kelas 1 SD!
Membaca halaman demi halaman Totto Chan membuat saya tertawa. Bagaimana tidak? Begitu banyak "kenakalan" Totto-chan sehingga gurunya kewalahan menghadapinya. Sekolahnya yang lama memiliki meja seperti peti yang tutupnya dibuka ke atas. Totto Chan sangat tertarik dengan meja ini, hingga membukanya berulang kali selama pelajaran. Hal ini membuat ibu gurunya pusing. Belum lagi kelakuannya yang sering berdiri di jendela dan memanggil tukang musik jalanan. Bu guru harus bersabar dengan segala kegaduhan yang diciptakan Totto Chan.
Sekarang Mama mengantarkan Totto Chan ke sekolah yang baru. Sekolah ini bernama Tomoegakuen. Gerbangnya berupa dua batang kayu hidup, yang ada batang dan daunnya. Satu hal yang membuat Totto-chan senang adalah kelasnya berupa gerbong kereta. Bukankah ia bercita-cita menjadi penjual karcis kereta?
Mama khawatir kalau Totto-chan tidak akan diterima di sekolah yang baru. Oleh karena itu, Mama mengatakan kepada Totto-chan agar sopan ketika bertemu dengan Kepala Sekolah. Ternyata, kepala sekolah menyuruh Mama pulang dan meninggalkan Totto Chan. Bahkan, kepala sekolah bersedia mendengarkan cerita Totto Chan selama 4 jam penuh! Suatu hal yang tidak pernah dilakukan gurunya yang dulu. Mereka mungkin tidak mengira seorang anak usia 7 tahun mempunyai begitu banyak hal untuk diceritakan.
Di kelas Totto Chan ada 9 orang anak. Uniknya di sekolah gerbong ini pelajaran anak-anak dalam satu kelas tidak sama. Guru memberi kebebasan pada anak, pelajaran apa yang mau mereka pelajari hari ini.
Saat jam makan siang di sekolah, kepala sekolah meminta orang tua menyiapkan menu “Sesuatu dari pegunungan dan sesuatu dari laut”. Kalau ada bekal seorang anak yang hanya membawa salah satunya saja, maka kepala sekolah akan meminta isterinya buat melengkapi menu tersebut.
Salah satu ide cemerlang dari kepala sekolah adalah saat pelajaran jalan-jalan. Anak-anak tentunya sangat menyukai jalan-jalan, bukan? Di Tomoe, guru akan menjelaskan banyak hal saat pelajaran jalan-jalan. Secara tidak sadar, anak-anak telah belajar sejarah, sains, biologi, dan lain-lain.
Ketika ada info tentang penambahan gerbong sekolah, Totto-chan dan teman-temannya penasaran bagaimana gerbong tersebut diangkut. Mereka minta izin orang tua masing-masing untuk menginap di sekolah. Ketika gerbang tersebut datang, akhirnya mereka tahu, bahwa di dunia ini ada Trailer besar yang ditarik traktor milik bengkel kereta api. Ahh, keren sekali.
Di musim libur, Totto-chan akan berkemah. Ia bahkan tidak bisa tidur ketika memikirkannya. Awalnya orang tua sempat khawatir. Akan tetapi kekhawatiran itu sirna setelah mereka mengetahui bahwa anak-anak akan berkemah di aula sekolah Tomoe.
Mr. Sasuke selalu menemukan cara unik untuk mengatasi "kenakalan" Totto-chan dan teman-temannya. Ketika pakaian anak-anak sering robek karena merangkak di bawah pagar, alih-alih melarang, malah menyarankan anak-anak agar menyiapkan pakaian yang paling usang.
Ketika membaca lembar demi lembar buku Totto-chan, saya merasa menemukan sebagian kisah ini pada Dani dan Dika. Ada beberapa hal, yang sudah saya lakukan dengan benar. Akan tetapi ada juga tindakan saya yang memalukan untuk diakui. Membaca buku ini membuat saya semakin menyadari bahwa pola asuh kita terhadap anak, akan menentukan keberhasilan si anak tersebut.
Kelebihan Buku Totto-chan
Tetsuko Kuroyanagi menuliskan kisahnya melalui sudut pandang anak-anak. Kisah-kisah dalam buku ini begitu sederhana tapi sarat makna. Saya membacanya hingga berkali-kali, tapi tetap menemukan keasyikan di setiap halamannya.
Kekurangan Buku Totto-chan
Saya tidak melihat kekurangannya, maklum reviewer pemula. Hanya satu yang saya kurang setuju, adalah ketika anak-anak berenang tanpa baju renang, dan bercampur antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, saya tidak akan membahas ini terlalu mendalam karena menyangkut keyakinan masing-masing. Toh, tidak ada yang memaksa kita untuk meniru semuanya, bukan?
Nilai
Saya memberi nilai 90 untuk buku ini, dan merekomendasikannya untuk teman-teman yang mungkin menemui anak-anak berkarakter istimewa seperti Totto-chan. Menurut saya, buku ini sangat layak untuk dibaca.
========
Ada kutipan menarik dari sub bab Catatan Akhir, halaman 254:
...
Kalau ibuku berkata begitu padaku, aku pasti akan merasa gugup dan merasa tidak berguna ketika masuk ke gerbang Tomue Gakuen pada hari pertamaku di sana. Gerbang yang hidup, berdaun dan berakar, dan kelas-kelas dalam gerbong kereta api takkan terlihat menyenangkan di mataku. Betapa beruntungnya aku punya ibu seperti ibuku.
...
Dari kutipan di atas saya melihat betapa hebat Mama mendampingi Totto-chan. Mama tidak pernah mengatakan bahwa totto-chan dikeluarkan dari sekolah, bahwa Totto-chan sangat merepotkan di sekolah yang lama, bahwa Mama sering dipanggil ke sekolah karena guru mengeluh dengan kelakuan Totto-chan. Hingga akhirnya Totto-chan menemukan Tomoe Gakuen dan Mr. Sosaku Kobayashi, sang kepala sekolah dengan metode pendidikan tidak biasa, membuat anak didiknya menjadi luar biasa.
#NAD_30HariMenulis2020
#Hari_ke_15
#NomorAbsen_118
Jumlah kata: 993
Penulis : Tetsuko Kuroyanagi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 272 Halaman
![]() |
Buku Totto-chan, koleksi Bun |
Saat ikut kompetisi Duta Parenting Center ynag diselenggarakan tahun 2014 silam, saya mendengar tentang buku Totto-chan. Teman-teman yang bergelut di bidang pendidikan dan parenting, berulang kali membahas isi buku ini.
Sejak saat itu, saya pun berburu buku Totto-chan. Baik secara online maupun offline dengan mendatangi toko buku setiap kali ada kesempatan nge-mall. Hingga suatu hari di 2018, saat menemani Dani (sulung kami) yang harus menjalani perawatan di RSCM, saya berkesempatan main ke Taman Ismail Marzuki. Ada pertunjukan teater waktu itu. Lumayan, menepi sejenak dari urusan obat dan pemeriksaan medis. Saya menemukan Totto-chan di salah satu rak toko buku di sana.
Asyikk, akhirnya dapat juga buku Totto-chan. Ternyata ada drama lagi sesudahnya, gaes. Besoknya kita check out dari hotel yang dekat RSCM, si Totto-chan ketinggalan di kamar hotel. Untung, petugas hotelnya baik. Bukunya disimpan dan saya ambil lagi dua hari kemudian. Yup, kita menginap lagi di sana karena Dani harus menjalani pemeriksaan medis lagi.
Mengapa sih, kok ngebet banget baca Totto-chan?
Saya penasaran, mengapa buku ini direkomendasikan oleh banyak teman? Menurut mereka, Totto-chan ini penuh inspirasi tentang dunia pendidikan. Bagaimana bapak kepala sekolah Sasuke Kobayashi menghadapi anak didiknya yang istimewa.
Totto-chan adalah nama kecil dari sang penulis yaitu Tetsuko Kuroyanagi, dan buku ini menceritakan pengalaman masa kecil Totto-chan bersekolah.
Kisah diawali dengan perjalanan Mama dan Totto-chan ke sekolah baru. Totto-chan tidak mengerti, mengapa ia harus pindah sekolah. Ia tidak tahu kalau pihak sekolah menghubungi Mama dan mengatakan bahwa mereka tidak sanggup lagi mengajar Totto-chan. Jadi, sebenarnya Totto-chan dikeluarkan dari sekolah saat kelas 1 SD!
Membaca halaman demi halaman Totto Chan membuat saya tertawa. Bagaimana tidak? Begitu banyak "kenakalan" Totto-chan sehingga gurunya kewalahan menghadapinya. Sekolahnya yang lama memiliki meja seperti peti yang tutupnya dibuka ke atas. Totto Chan sangat tertarik dengan meja ini, hingga membukanya berulang kali selama pelajaran. Hal ini membuat ibu gurunya pusing. Belum lagi kelakuannya yang sering berdiri di jendela dan memanggil tukang musik jalanan. Bu guru harus bersabar dengan segala kegaduhan yang diciptakan Totto Chan.
Sekarang Mama mengantarkan Totto Chan ke sekolah yang baru. Sekolah ini bernama Tomoegakuen. Gerbangnya berupa dua batang kayu hidup, yang ada batang dan daunnya. Satu hal yang membuat Totto-chan senang adalah kelasnya berupa gerbong kereta. Bukankah ia bercita-cita menjadi penjual karcis kereta?
Mama khawatir kalau Totto-chan tidak akan diterima di sekolah yang baru. Oleh karena itu, Mama mengatakan kepada Totto-chan agar sopan ketika bertemu dengan Kepala Sekolah. Ternyata, kepala sekolah menyuruh Mama pulang dan meninggalkan Totto Chan. Bahkan, kepala sekolah bersedia mendengarkan cerita Totto Chan selama 4 jam penuh! Suatu hal yang tidak pernah dilakukan gurunya yang dulu. Mereka mungkin tidak mengira seorang anak usia 7 tahun mempunyai begitu banyak hal untuk diceritakan.
Di kelas Totto Chan ada 9 orang anak. Uniknya di sekolah gerbong ini pelajaran anak-anak dalam satu kelas tidak sama. Guru memberi kebebasan pada anak, pelajaran apa yang mau mereka pelajari hari ini.
Saat jam makan siang di sekolah, kepala sekolah meminta orang tua menyiapkan menu “Sesuatu dari pegunungan dan sesuatu dari laut”. Kalau ada bekal seorang anak yang hanya membawa salah satunya saja, maka kepala sekolah akan meminta isterinya buat melengkapi menu tersebut.
Salah satu ide cemerlang dari kepala sekolah adalah saat pelajaran jalan-jalan. Anak-anak tentunya sangat menyukai jalan-jalan, bukan? Di Tomoe, guru akan menjelaskan banyak hal saat pelajaran jalan-jalan. Secara tidak sadar, anak-anak telah belajar sejarah, sains, biologi, dan lain-lain.
Ketika ada info tentang penambahan gerbong sekolah, Totto-chan dan teman-temannya penasaran bagaimana gerbong tersebut diangkut. Mereka minta izin orang tua masing-masing untuk menginap di sekolah. Ketika gerbang tersebut datang, akhirnya mereka tahu, bahwa di dunia ini ada Trailer besar yang ditarik traktor milik bengkel kereta api. Ahh, keren sekali.
Di musim libur, Totto-chan akan berkemah. Ia bahkan tidak bisa tidur ketika memikirkannya. Awalnya orang tua sempat khawatir. Akan tetapi kekhawatiran itu sirna setelah mereka mengetahui bahwa anak-anak akan berkemah di aula sekolah Tomoe.
Mr. Sasuke selalu menemukan cara unik untuk mengatasi "kenakalan" Totto-chan dan teman-temannya. Ketika pakaian anak-anak sering robek karena merangkak di bawah pagar, alih-alih melarang, malah menyarankan anak-anak agar menyiapkan pakaian yang paling usang.
Ketika membaca lembar demi lembar buku Totto-chan, saya merasa menemukan sebagian kisah ini pada Dani dan Dika. Ada beberapa hal, yang sudah saya lakukan dengan benar. Akan tetapi ada juga tindakan saya yang memalukan untuk diakui. Membaca buku ini membuat saya semakin menyadari bahwa pola asuh kita terhadap anak, akan menentukan keberhasilan si anak tersebut.
Kelebihan Buku Totto-chan
Tetsuko Kuroyanagi menuliskan kisahnya melalui sudut pandang anak-anak. Kisah-kisah dalam buku ini begitu sederhana tapi sarat makna. Saya membacanya hingga berkali-kali, tapi tetap menemukan keasyikan di setiap halamannya.
Kekurangan Buku Totto-chan
Saya tidak melihat kekurangannya, maklum reviewer pemula. Hanya satu yang saya kurang setuju, adalah ketika anak-anak berenang tanpa baju renang, dan bercampur antara laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, saya tidak akan membahas ini terlalu mendalam karena menyangkut keyakinan masing-masing. Toh, tidak ada yang memaksa kita untuk meniru semuanya, bukan?
Nilai
Saya memberi nilai 90 untuk buku ini, dan merekomendasikannya untuk teman-teman yang mungkin menemui anak-anak berkarakter istimewa seperti Totto-chan. Menurut saya, buku ini sangat layak untuk dibaca.
========
Ada kutipan menarik dari sub bab Catatan Akhir, halaman 254:
...
Kalau ibuku berkata begitu padaku, aku pasti akan merasa gugup dan merasa tidak berguna ketika masuk ke gerbang Tomue Gakuen pada hari pertamaku di sana. Gerbang yang hidup, berdaun dan berakar, dan kelas-kelas dalam gerbong kereta api takkan terlihat menyenangkan di mataku. Betapa beruntungnya aku punya ibu seperti ibuku.
...
Dari kutipan di atas saya melihat betapa hebat Mama mendampingi Totto-chan. Mama tidak pernah mengatakan bahwa totto-chan dikeluarkan dari sekolah, bahwa Totto-chan sangat merepotkan di sekolah yang lama, bahwa Mama sering dipanggil ke sekolah karena guru mengeluh dengan kelakuan Totto-chan. Hingga akhirnya Totto-chan menemukan Tomoe Gakuen dan Mr. Sosaku Kobayashi, sang kepala sekolah dengan metode pendidikan tidak biasa, membuat anak didiknya menjadi luar biasa.
#NAD_30HariMenulis2020
#Hari_ke_15
#NomorAbsen_118
Jumlah kata: 993
Buku ini salah satu buku favoritku, meskipun berkali kali membacanya namun gak pernah bosan. Saat menceritakan buku ini pada anak-anak dampingan belajar mereka sangat antusias dan pingin membacanya juga
BalasHapusBetul, Mbak. Akupun suka banget dengan buku ini. Favoritku banget, apalagi pas saat menghadapi anak didik yang luar biasa.
Hapus