Rabu, 05 Juli 2017

Ketika Ibu Ngantor di Rumah




Sewaktu masih kuliah dulu, cita-cita saya adalah menjadi seorang wanita karier yang mandiri secara financial. Dengan blazer kerja yang modis, sepatu boots yang keren serta menenteng tas bermerk. Hehe..Alhamdulilah, cita-cita saya tersebut meleset. Yup, karena saya lulusan Teknik Sipil, makanya kerjaannya lebih banyak di lapangan. Bukan ruang kerja ber-AC seperti yang saya impikan.

Perjalanan hidup akhirnya menjadikan saya sebagai seorang istri dengan dua putra. Sebenarnya suami tidak melarang saya untuk bekerja, namun ritme bekerja di Jakarta enggak sanggup saya ikuti. Akhirnya saya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga saja, sambil mencari peluang yang bisa dikerjakan dari rumah. Hingga pada tahun 2006, suami membuatkan akun facebook buat saya.

Pelan-pelan, saya belajar berselancar di dunia maya, mencari peluang yang kira-kira bisa dikerjakan dari rumah. Akhirnya saya bertemu dengan grup nulis khusus ibu-ibu. Setelah melewati berbagai training nulis, audisi dan lomba-lomba, akhirnya saya berhasil menerbitkan 2 buku solo dengan nama sendiri, 2 buku dengan nama klien dan 3 buku antologi. 


Buku solo pertama saya terbitan Elex Media, 2014


Semua training ini saya ikuti secara online, bermodalkan laptop suami hingga akhirnya punya laptop sendiri. Tahun 2015 akhir, saya mulai bekerja sebagai content writer di beberapa situs online. Pekerjaan ini sangat menyenangkan, karena bisa dilakukan dari mana saja dan kapan saja. Modalnya hanyalah laptop atau tablet dan koneksi internet yang mumpuni.

Saat suami ngajak liburan ke Bandung, Yogya atau bahkan saat kami berlibur ke Dataran Tinggi Dieng, saya enggak pernah galau soal kerjaan. Sekalipun klien minta revisi, saya bisa ngelakuinnya sambil jalan. Asalkan sinyal dari provider yang saya pake kencang, maka kerjaan pun lancar. Nah, masalah koneksi internet ini enggak menjadi masalah saat saya dan keluarga masih tinggal di Jakarta dan Tangerang. Namun, ketika kami pindah ke Sekayu, Musi Banyuasin Sumatera Selatan, sinyal internet sangat menguji iman hehe.

Posisi rumah kami yang berada di tepi Sungai Musi, membuat sinyal internet dari provider yang  saya pakai, sangat jelek. Untuk mengirim email dengan satu lampiran saja, terkadang membutuhkan waktu 24 jam. Rasanya benar-benar stress, serasa pengen jedotin kepala ke laptop, deh.

Untuk menjaga profesionalisme di mata klien, saya selalu mengirim hasil kerjaan sehari sebelum deadline. Namun, penderitaan saya belum selesai. Suatu hari suami mengabarkan bahwa kami sekeluarga akan pindah ke Kepulauan Sula, Maluku Utara. Oh my god, ketika saya cek di google maps, ternyata lokasi Kepulauan Sula berada di tengah laut dan selat. Sekelilingnya adalah Laut Maluku, Laut Seram, Selat Mangole dan Laut Banda. Untuk keluar dari pulau, harus rela menghabiskan 14 jam di kapal laut untuk menuju kota terdekat yaitu Ternate. Bisa juga menuju Ambon, dengan jarak tempuh 12 jam kapal laut.

Woww, kebayang kan, gimana pelosoknya rumah kami. Jangan tanya soal sinyal di sini. Saya harus memiliki stok sabar yang sangat luar biasa, sebagai seorang ibu yang bekerja dari rumah, dengan mengandalkan internet. Di rumah yang kami tempatin di Kepulauan Sula ini, saya sampai harus keluar-masuk ruangan, dari kamar tidur, ruang tamu, ruang makan hingga ke dapur, hanya untuk mengirimkan satu email. Apalagi jika lampiran emailnya lumayan banyak, maka paket data di tab harus nyala selama 24 jam. Sehingga ketika sinyalnya lagi bagus, file saya bisa sukses terkirim. Benar-benar menguras energi.
Saya sempat kepikiran, mungkinkah internet bisa menjadi fasilitas publik yang disediakan pemerintah? Seperti air PAM, telepon dari TELKOM atau listrik dari PLN. Sehingga internet menjadi fasilitas standar yang harus ada di setiap kota atau perumahan. 
Ngomong-ngomong masalah perumahan, ternyata perumahan yang fokus menyediakan fasilitas internet sudah ada di Indonesia, lho. Perumahan tersebut adalah cyberhome @Tamansari Cyber, Bogor. Perumahan dengan konsep minimalis ini menyediakan layanan internet hingga 100 Mbps-10 Gbps. Kerenn yaa, andai di Kepulauan Sula ada rumah berbasis cyberhome juga. Mm, who's know? Maybe someday..



5 komentar:

  1. Kereeen Mbak dari pelosok Sula masih semangat ngantor dari rumah! good luck ya Mbak..:0

    BalasHapus
  2. Aminnn, makasih udah mampir Mbak Dian :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Mbak Enni keren, selalu aktif nulis dimanapun.

    BalasHapus
  5. Keren banget pengalamannya Mbk, bahkan bisa sampai kepelosok. Makasih sharingnya.

    BalasHapus

Menikmati Serunya #SuamiIstriMasak Bersama Kecap ABC

Menikmatinya Serunya #SuamiIstriMasak Bersama Kecap ABC   Saya dan suami merupakan generasi perantau. Suami bahkan lebih dulu merantau ke ib...