Rabu, 29 Juni 2016

Kisah Selembar Uang Lima Puluh Ribu Rupiah

Sudah hampir enam bulan ini, project Daddy bermasalah. Pencairan uang termyn yang mestinya terjadi awal tahun, hingga kini belum juga terealisasi. Sementara tagihan yang harus dibayar setiap bulannya tidak bisa menunggu. Pendapatan saya dari bisnis online dan nulis artikel tidak cukup untuk meng-cover semua pengeluaran keluarga. Tentu saja, karena biaya hidup di BSD City sama tingginya dengan Jakarta. Bahkan mungkin lebih tinggi, sebab kami tinggal di kompleks perumahan salah satu sektor yang ada di BSD sini.

Seperti awal bulan ini, saya udah membuat list tagihan-tagihan apa saja yang harus dibayar. Alhamdulilah, satu persatu tagihan berhasil dibayar bergantian, saat ada pemasukan dari bisnis online. Hingga saatnya harus bayar cicilan mobil yang nilainya cukup besar. Sementara di dompet saat itu hanya ada selembar uang lima puluh ribu. Otak saya berpikir keras, bagaimana uang lima puluh ribu ini bisa bertahan hingga ada pemasukan dari bisnis online lagi.

Setiap pagi sebelum mengantar anak-anak sekolah, saya selalu menyempatkan diri buat shalat Dhuha. Berdoa dengan khusyuk pada Allah agar diberikan kemudahan rezeki untuk hari ini. Alhamdulilah, ada teman yang pesan pempek untuk acara arisan di rumahnya. Uang lima puluh ribu itu, saya belikan ikan sebagai bahan utama. Untungnya bahan-bahan lain seperti sagu, telur dan minyak masih tersedia di rumah. Keuntungan dari pesanan pempek ini bisa membuat kami bertahan selama beberapa hari.

Tinggal 3 hari lagi, waktunya untuk membayar cicilan mobil. Uang didompet belum bertambah. Segala ihktiar udah dilakukan. Daddy udah mencoba nawarin burung peliharaannya ke teman-teman, mungkin ada yang mau beli. Tetapi, belum ada yang berminat. Saya juga udah gencar apdet status di FB, tapi belum ada yang respon. Padahal harga barang udah didiskon besar-besaran.

Hingga pagi itu sekitar jam 08.00 pagi, salah seorang teman datang ke rumah. Setengah memaksa, ia meminjam uang pada saya. Saya katakan padanya, bahwa uang saya tinggal lima puluh ribu ini saja, sambil memperlihatkan isi dompet. Dia bilang, "Nggak apa-apa, Bu. Saya pake dulu aja uangnya. Ibu kan, ada atm. Insya allah, atm ibu ada yang ngisi, kok.."

Entah mengapa, saya merasa terhipnotis dengan kata-katanya, dan tanpa sadar menarik uang tersebut dari dompet dan memberikannya. Saat ia melangkah keluar rumah dan mengucapkan terima kasih, saya baru menyadari kekeliruan saya. Astaghfirullah al adzhiim, mau makan apa keluarga saya hari ini? Itu satu-satunya uang yang saya miliki. Mengapa saya kasihkan ke orang lain? Tiba-tiba saya merasa marah dan kecewa dengan diri saya sendiri. Hingga akhirnya saya berwudlu dan melaksanakan shalat Dhuha 2 rakaat. Kebetulan hari itu, suami minta ditemani ke kantornya di daerah Pondok Indah.

Pikiran saya masih mengingat kejadian tadi pagi. Tak berapa lama ada pesan masuk di WA saya. Oh, ternyata salah satu konsultan saya mau mengambil barang. Sayangnya, saya udah masuk tol. Akhirnya ia transfer uangnya dulu, sejumlah satu juta untuk keep barang, dan besok baru diambil. Kemudian selang beberapa menit, ada lagi WA dari konsultan-konsultan saya. Semua menanyakan stok barang yang mereka mau. Begitu saya konfirmasi tersedia, mereka langsung transfer. Masya Allah, dalam perjalanan mobil dari BSD ke Pondok Indah, saya closing tiga jutaan.

Padahal tadinya saldo saya nol. Saya sampai meneteskan airmata, karena terharu dengan rezeki dari Allah hari ini. Apakah karena doa si ibu tadi pagi? Saya baru tahu di kemudian hari, bahwa ibu tersebut meminjam uang untuk membeli susu anaknya. Susunya habis, sementara ia tidak memegang uang sama sekali. Inilah keajaiban yang saya alami sendiri. Apakah penyebabnya karena shalat Dhuha atau karena meminjamkan uang pada orang yang sedang kepepet. Hanya Allah yang tahu..Setidaknya ini menjadi pengingat bagi saya dan suami, agar selalu mendekatkan diri pada Allah, baik dikala sedih maupun senang. Karena segala sesuatu yang terjadi pada kami, tentunya sudah atas izin Allah Swt.





Menikmati Serunya #SuamiIstriMasak Bersama Kecap ABC

Menikmatinya Serunya #SuamiIstriMasak Bersama Kecap ABC   Saya dan suami merupakan generasi perantau. Suami bahkan lebih dulu merantau ke ib...